(Suara Merdeka Minggu – Rubrik Konek 20 Mei 2012)
MEMBUAT game membutuhkan keahlian dan ketekunan, bahkan juga seni. Seringkali, dibutuhkan berbulan-bulan untuk menyelesaikan satu game yang siap dimainkan oleh pengguna. Namun, sebetulnya ada cara yang mudah untuk bisa membuat game sendiri, baik untuk permainan semata, pendidikan, psikologi, maupun terapi.
Dengan berbagai media yang muncul belakangan ini, seperti ponsel cerdas dan komputer tablet yang harganya makin terjangkau bagi masyarakat, kebutuhan game tampak semakin meningkat. Selalu ada kebutuhan akan game baru untuk mengisi waktu luangnya bersama gadget.
Jika lingkungan sosial mereka adalah sesama pengguna gadget, berbagi informasi game baru merupakan bagian yang tak terpisahkan pada saat bertemu. Sekali ada yang tertarik, maka potensi sejumlah pengguna juga segera muncul di dalam kelompoknya. Dalam waktu singkat, sebuah game menjadi populer dan diunduh oleh kerabat-kerabatnya.
Peluang tersebut yang kemungkinan besar juga dilihat oleh industri lokal maupun global di bidang game. Bahkan programer game perseorangan dan kelompok kecil juga tidak tinggal diam, terutama sejak munculnya berbagai toko game pada setiap gadget.
Google Play (Android Market) dan Apple Store telah berhasil menstimulasi para pengembang kecil di bidang game untuk tidak tinggal diam bersaing dalam memasarkan karyanya. Tidak jarang, hasil karya mereka lebih menarik banyak pengguna dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar.