(Suara Merdeka, Wacana Nasional, 27 November 2017)
“Meskipun teknologi sebagai media dalam menjembatani tujuan tersebut menjadi keniscayaan, teknologi yang dikembangkan harus mampu menciptakan nilai lebih bagi keduanya; tidak hanya sekadar menjadi alat hubung”
BAGI banyak orang, saat kelulusan adalah satu momentum paling berkesan. Namun, setelah wisuda berlalu dan karena kesibukan, tingkat kesulitan kembali ke tempat kuliahnya dahulu menjadi tinggi.
Untuk pengurusan dokumen, mereka bahkan harus mencari waktu khusus atau titip kepada teman yang masih kuliah. Berbagai hal yang dibutuhkan dari almameternya menjadi rumit dan mahal sehingga akhirnya diminimalkan.
Interaksi yang makin minimal seringkali menjadikan kampus terasa sebatas bagian dari masa lalu. Teknologi informasi yang berkembang seharusnya memungkinkan universitas menjadi rumah bagi alumni, terutama jika keduanya saling terkoneksi dengan masa depan.
Alumni dengan berbagai aktivitasnya memiliki banyak pengalaman yang dapat dibagikan kepada kampus dan adik-adiknya. Berbagai pengalaman baru dan pemikiran yang konstruktif bagi universitasnya acap muncul pada saat mereka bekerja. Namun, karena tidak terkoneksi, banyak hal baik hanya berhenti di pikiran dan hilang bersama waktu.
Hubungan antara keduanya umumnya baru terjalin lagi saat reuni dan menjelang akreditasi program studi atau perguruan tinggi. Padahal tingkat mobilitas alumni antarnegara yang makin tinggi akhir-akhir ini merupakan pengalaman berharga untuk dibagikan.