(Suara Merdeka – Rubrik Konek, Senin 3 Maret 2014)
Kejadian plagiasi yang baru-baru terjadi di salah satu media massa nasional cukup mengejutkan, apalagi penulisnya adalah tokoh yang telah dikenal keahliannya. Namun selain karena kesengajaan, tindakan plagiasi juga bisa disebabkan karena ketidakpahaman mengenai cara penulisan yang baik.
Seringkali dalam proses perjalanan studinya, seseorang hanya mendapatkan pemahaman yang sangat sederhana mengenai plagiasi, dampak, dan tindakan teknisnya untuk menghindari aktivitas tersebut.
Bahkan karena copy-paste dalam pertugasan tidak pernah terindentifiksi oleh sang pemberi tugas, maka hal tersebut sering dianggap lazim dan diperbolehkan. Kadangkala kepekaan nurani menjadi turun dan menjadi malapetaka di masa depan.
Padahal di berbagai peraturan akademik institusi pendidikan tertulis secara jelas, aktivitas plagiasi dan sejenisnya dapat mengakibatkan seseorang dibatalkan kelulusannya atau bahkan kehilangan posisi ketika sudah bekerja.
Tidak teridentifikasinya aktivitas plagiasi oleh pemberi tugas seringkali karena validasi tulisan hanya mengandalkan insting saja. Belum banyak yang mengetahui bahwa tersedia banyak alat bantu di internet yang dapat digunakan secara mudah dan bahkan tidak berbayar.