(Suara Merdeka, Wacana Nasional 19 September 2020)
Berbagai cara baru di luar kebiasaan, anti-mainstream, atau kreatif- inovatif para lulusan dapat dimungkinkan berkembang ketika mereka dapat dengan cepat merespons perubahan dan melakukan transformasi
HAMPIR satu tahun ini dunia pendidikan tinggi menjalani perkuliahan daring dengan penuh dinamika. Beberapa kampus berhasil menjalaninya dengan lancar, meskipun pada awal penuh gejolak, namun banyak juga yang masih sulit beradaptasi dengan cara-cara baru karena berbagai hal. Memang, tidak semua bisa diselenggarakan untuk menggantikan cara-cara sebelumnya secara daring. Butuh perkecualian-perkecualian yang masih bisa ditoleransi oleh standar masing-masing kampus.
Namun memaksakan untuk memulai perkuliahan tatap muka secara fisik sebelum ada obat penangkalnya akan dipandang tidak bijaksana dan justru akan menciptakan risiko bagi mahasiswa, dosen, atau bahkan orang-orang yang dicintainya di rumah. Sebab, tidak ada satu pun yang tahu mobilitas masing-masing orang yang akan bertemu dalam tatap muka secara fisik. Mengumpulkan mereka dalam jumlah yang besar, akan meningkatkan risiko untuk menciptakan klaster baru penyebaran Covid-19.
Menjadi hal yang luar biasa ketika mahasiswa berhasil mengatasi berbagai kesulitannya dan bisa lulus pada masa sekarang. Meskipun banyak yang meragukan dalam hal kualitas perkuliahan, mereka yang disebut sebagai lulusan era pandemi, merupakan pemenang yang berhasil mengalahkan kondisi sulit dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang mengejutkan. Bahkan, mereka juga bisa disebut sebagai orang-orang yang kreatif karena berhasil menemukan teknik untuk menyelesaikan studinya dalam kondisi yang baru.
Ketika wisudawan lulus dalam situasi sekarang, bukan hanya membuktikan sebagai sosok-sosok istimewa karena berhasil berjuang menyelesaikan studi dengan cara yang tidak sama dengan kebiasaan pada umumnya, tetapi juga terbukti mempunyai kelincahan dan daya tahan yang baik dalam mengelola perubahan.
Praktik kelincahan ditambah dengan daya tahan dalam jangka panjang, atau dalam buku yang ditulis oleh Angela Duckworth (2016) disebut sebagai Grit, dipandang akan menjadi modal yang berharga dalam menghadapi dan membuat terobosan akan masa depan yang konstan akan perubahan.