20 July 2019

Refleksi 82 Tahun Ngesti Pandawa

(Suara Merdeka, Wacana Nasional 9 Juli 2019)

SM 9_07_2019 Refleksi 82 Tahun Ngesti Pandawa

“Kebudayaan warisan leluhur tidak selalu harus direpresentasikan dalam wajah yang lama dan suram”

MERAYAKAN usianya ke-82 tahun, Ngesti Pandawa masih mampu menyuguhkan pertunjukan wayang orang yang menarik untuk ditonton dan diikuti oleh masyarakat dari berbagai lapisan. Hal ini terlihat dari banyaknya penonton yang memenuhi kursi di lantai satu sampai dengan tribune di lantai dua.

Penonton pun bertahan menyaksikan pertunjukan sampai usai. lni bisa dimaknai sebagai petunjuk bahwa sebetulnya pertunjukan seni dan budaya seperti wayang orang masih diminati dan disukai oleh masyarakat, terutama warga Kota Semarang.

Namun keterlibatan berbagai sanggar tari juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari antusiasme masyarakat untuk menonton pertunjukan sampai larut malam. Setiap sanggar sari tampil cantik dan menarik ketika mengawali acara. Artinya, pertunjukan wayang orang bisa menjadi lebih diminati dan menarik antusiasme masyarakat jika menggabungkan keterlibatan sanggar tari yang ada di sekitar masyarakat. Kesempatan untuk tampil di hadapan masyarakat secara luas di Ngesti Pandawa merupakan bagian dari prinsip saling menguntungkan yang dapat diolah.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah keterlibatan tokoh masyarakat di atas panggung, dari unsur birokrat pernerintah, dosen, tenaga kependidikan, dokter, sampai polisi. Tokoh-tokoh masyarakat yang umumnya juga pencinta seni dan budaya itu juga secara langsung ataupun tidak langsung menghadirkan keluarga, kolega. dan teman-teman di lingkungannya.

Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dr Sri Puryono KS bahkan menekankan, keterlibatannya dalam pentas di berbagai acara sejenis tidak perlu dihargai secara finansial tetapi dengan kehadiran masyarakat. Artinya, kesediaan tokoh masyarakat untuk terlibat dapat menjadi bagian dari ramuan pertunjukan yang dapat dijadwalkan jauh-jauh hari. Meski bukan profesinya, tokoh-tokoh masyarakat yang terlihat di sana dapat dilihat bermain dengan baik.

Dukungan teknologi cahaya dan komputer cukup menguatkan kesan pertunjukan yang profesional. Narasi cerita di kedua sisi panggung banyak membantu penonton dari generasi muda dalam mengikuti kisah dan nama-nama tokoh wayang orang yang sedang dimainkan di panggung. Meskipun pemain sering menggunakan Bahasa Jawa halus, penonton yang tidak cukup menguasainya tetap dapat mengikuti cerita dan tidak sekadar menikmati adegan demi adegan di panggung.