(Suara Merdeka Minggu – Rubrik Konek 3 April 2005)
Saat ini, perangkat ponsel sudah tidak lagi berfungsi sebagai alat komunikasi semata. Berbagai fitur disediakan untuk membuat pengguna semakin nyaman dalam menggunakan ponselnya untuk aktivitas sehari-hari. Fitur-fitur yang umumnya ada di dalam ponsel dapat diperkaya dengan konten-konten yang menarik, berupa ringtone, gambar latar belakang (wallpaper), screen saver, dan games. Kebutuhan pengguna terhadap konten untuk melengkapi fungsi fitur di dalam ponsel, ternyata cukup besar. Dengan banyaknya fitur yang disediakan tersebut, bagi sebagian orang dinilai sebagai peluang bisnis yang tidak boleh disia-siakan. Meskipun tidak sebesar harga ponsel, namun total nilainya cukup menarik untuk ditekuni. Dalam bisnis konten, terdapat tiga media distribusi yang umumnya digunakan. Media distribusi yang pertama adalah dengan menggunakan komputer yang telah dilengkapi dengan kabel data dan ekstensi infrared. Media yang kedua menggunakan 4 digit nomor singkat untuk permintaan melalui SMS. Sedangkan media yang ketiga memanfaatkan fasilitas GPRS yang ada untuk akses melalui internet. Selain itu juga masih ada pemanfaatan nomor akses JAPATI yang menggunakan nomor khusus dari Telkom.
Untuk memulai bisnis konten secara konvensional dengan menggunakan media pertama, seseorang minimal perlu mengeluarkan biaya senilai dua juta rupiah untuk pembelian komputer setingkat Pentium III, kabel data, dan ekstensi infrared. Apabila penjual menghargai kontennya senilai 5000 rupiah, maka ia hanya membutuhkan 400 pembeli untuk menutup modal awal hardware-nya saja. Anda dapat mengkalkulasi keuntungannya apabila untuk memenuhi jumlah tersebut ternyata hanya perlu waktu satu sampai dua bulan saja. Namun perhitungan ini masih cukup kasar karena perlu mempertimbangkan respon lokasi bisnis, jumlah pesaing dalam satu lokasi, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa suatu lokasi. Selain itu, masih ada biaya yang perlu dibayarkan untuk membeli hak cipta konten yang dijual. Biaya tersebut seharusnya juga perlu dimasukkan ke dalam perhitungan biaya pokok. Namun banyak counter penjualan konten ternyata tidak memasukkan pembelian hak cipta tersebut sebagai biaya pokoknya. Sehingga dapat dikatakan, untuk bisnis konten dengan media konvensional seperti ini, biasanya yang lebih diuntungkan adalah penjual konten. Keterlibatan pengembang konten (pembuat games, ringtone, atau gambar) dalam bisnis ini belum terlihat. Para pengembang tidak merasakan dampak dari tingginya penjualan yang dihasilkan oleh para penjual, kecuali jika mereka menjualnya sendiri.
Para pengembang konten lebih senang membuat kerjasama dengan operator ponsel untuk menjual karyanya. Biasanya terdapat hitung-hitungan yang jelas dan terukur apabila konten yang mereka hasilkan dipasarkan melalui operator ponsel. Namun yang sering menjadi penghalang bagi pengembang adalah status perusahaan yang diminta oleh operator sebagai prasyarat kerjasama. Dalam kapasitas pribadi, pengembang konten hanya dapat menjual karyanya ke suatu perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Kesepakatan pembagian keuntungan lebih tergantung pada perusahaan yang menjadi perantara (broker). Sedangkan dalam kapasitas perusahaan, pengembang konten dapat ikut merasakan secara langsung harga jual ataupun royalty dari pemasaran kontennya yang dijual melalui operator ponsel. Dalam kerjasama ini, media SMS dengan 4 digit nomor dan media internet melalui GPRS seringkali menjadi pilihan jalur distribusinya. Untuk media SMS dengan 4 digit nomor, penjualan tergantung dari permintaan konten melalui SMS. Setiap kali pengguna mengirimkan permintaan konten melalui SMS, akan dikenai biaya tertentu sesuai dengan kesepakatan yang tertulis. Biaya yang dikenakan tidak lagi seharga 350 rupiah, tetapi bisa bervariasi tergantung pada konten yang dijual. Sedangkan untuk media internet, pengguna akan dikenai biaya sebesar ukuran konten yang didownload. Semua biaya dan pembagian keuntungan akan diatur pada saat kesepakatan dibuat dengan operator ponsel.
Dengan kerjasama tersebut, pengembang konten perlu menyediakan sebuah komputer server yang berisi konten dan jalur internet untuk berhubungan dengan pengguna melalui operator. Bagi mereka yang bekerjasama dengan operator, biaya yang dikeluarkan tentunya tidak kecil. Terdapat biaya rutin yang perlu dikeluarkan untuk membiayai jasa internet yang aktif selama 24 jam. Dari informasi yang diperoleh dari salah satu penyedia jasa layanan internet (ISP), minimal biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya berkisar 3-4 juta sebulan. Selain itu, ada biaya promosi yang harus dikeluarkan agar konten yang dijualnya dikenal masyarakat. Untuk itu diperlukan hitungan yang benar-benar matang sebelum memutuskan menjadi pengembang konten sejenis ini. Pengembang konten haruslah memiliki banyak konten yang menarik dan menjual untuk dapat menutup biaya yang dikeluarkan setiap bulannya. Atau ia harus mempunyai bisnis sampingan selain konten ponsel untuk berjaga-jaga apabila frekuensi penjualan konten menurun. Bagi institusi yang sebelumnya telah mempunyai jalur internet, dengan adanya bisnis ini tentunya akan meringankan biaya internet yang seharusnya dikeluarkan, terutama jika bisnis kontennya sukses.
Apabila dibandingkan dengan bisnis konten yang konvensional, konten yang dijual melalui cara ini jauh lebih banyak. Selain games, ringtones, wallpaper, dan screensaver, pengembang dapat menjual informasi. Penjualan konten dengan jenis ini cukup banyak diminati oleh sebagian besar pengembang ponsel. Informasi dapat berupa kurs mata uang, harga saham, kondisi cuaca, bahkan sampai dengan koordinat lokasi pengguna ponsel dalam suatu daerah. Akhir-akhir ini, beberapa institusi pendidikan juga mulai terjun dalam penyediaan konten berupa informasi nilai, jadwal kuliah, status pembayaran, dan pengumuman penerimaan siswa/mahasiswa. Semakin banyak orang yang membutuhkan informasi tersebut, semakin banyak pula penghasilan yang masuk. Penghasilan tersebut juga tergantung dari biaya yang dikenakan untuk pengguna informasi. Semakin tinggi biaya yang dikenakan, semakin tinggi pula margin keuntungan yang didapat. Selain itu, variasi informasi yang disediakan juga ikut mempengaruhi frekuensi permintaan. Dengan kreativitas pengembang konten, tentunya semakin banyak informasi yang menarik dan dapat dijual kepada pengguna ponsel. Ridwan Sanjaya
Untuk memulai bisnis konten secara konvensional dengan menggunakan media pertama, seseorang minimal perlu mengeluarkan biaya senilai dua juta rupiah untuk pembelian komputer setingkat Pentium III, kabel data, dan ekstensi infrared. Apabila penjual menghargai kontennya senilai 5000 rupiah, maka ia hanya membutuhkan 400 pembeli untuk menutup modal awal hardware-nya saja. Anda dapat mengkalkulasi keuntungannya apabila untuk memenuhi jumlah tersebut ternyata hanya perlu waktu satu sampai dua bulan saja. Namun perhitungan ini masih cukup kasar karena perlu mempertimbangkan respon lokasi bisnis, jumlah pesaing dalam satu lokasi, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyewa suatu lokasi. Selain itu, masih ada biaya yang perlu dibayarkan untuk membeli hak cipta konten yang dijual. Biaya tersebut seharusnya juga perlu dimasukkan ke dalam perhitungan biaya pokok. Namun banyak counter penjualan konten ternyata tidak memasukkan pembelian hak cipta tersebut sebagai biaya pokoknya. Sehingga dapat dikatakan, untuk bisnis konten dengan media konvensional seperti ini, biasanya yang lebih diuntungkan adalah penjual konten. Keterlibatan pengembang konten (pembuat games, ringtone, atau gambar) dalam bisnis ini belum terlihat. Para pengembang tidak merasakan dampak dari tingginya penjualan yang dihasilkan oleh para penjual, kecuali jika mereka menjualnya sendiri.
Para pengembang konten lebih senang membuat kerjasama dengan operator ponsel untuk menjual karyanya. Biasanya terdapat hitung-hitungan yang jelas dan terukur apabila konten yang mereka hasilkan dipasarkan melalui operator ponsel. Namun yang sering menjadi penghalang bagi pengembang adalah status perusahaan yang diminta oleh operator sebagai prasyarat kerjasama. Dalam kapasitas pribadi, pengembang konten hanya dapat menjual karyanya ke suatu perusahaan yang bergerak di bidang tersebut. Kesepakatan pembagian keuntungan lebih tergantung pada perusahaan yang menjadi perantara (broker). Sedangkan dalam kapasitas perusahaan, pengembang konten dapat ikut merasakan secara langsung harga jual ataupun royalty dari pemasaran kontennya yang dijual melalui operator ponsel. Dalam kerjasama ini, media SMS dengan 4 digit nomor dan media internet melalui GPRS seringkali menjadi pilihan jalur distribusinya. Untuk media SMS dengan 4 digit nomor, penjualan tergantung dari permintaan konten melalui SMS. Setiap kali pengguna mengirimkan permintaan konten melalui SMS, akan dikenai biaya tertentu sesuai dengan kesepakatan yang tertulis. Biaya yang dikenakan tidak lagi seharga 350 rupiah, tetapi bisa bervariasi tergantung pada konten yang dijual. Sedangkan untuk media internet, pengguna akan dikenai biaya sebesar ukuran konten yang didownload. Semua biaya dan pembagian keuntungan akan diatur pada saat kesepakatan dibuat dengan operator ponsel.
Dengan kerjasama tersebut, pengembang konten perlu menyediakan sebuah komputer server yang berisi konten dan jalur internet untuk berhubungan dengan pengguna melalui operator. Bagi mereka yang bekerjasama dengan operator, biaya yang dikeluarkan tentunya tidak kecil. Terdapat biaya rutin yang perlu dikeluarkan untuk membiayai jasa internet yang aktif selama 24 jam. Dari informasi yang diperoleh dari salah satu penyedia jasa layanan internet (ISP), minimal biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya berkisar 3-4 juta sebulan. Selain itu, ada biaya promosi yang harus dikeluarkan agar konten yang dijualnya dikenal masyarakat. Untuk itu diperlukan hitungan yang benar-benar matang sebelum memutuskan menjadi pengembang konten sejenis ini. Pengembang konten haruslah memiliki banyak konten yang menarik dan menjual untuk dapat menutup biaya yang dikeluarkan setiap bulannya. Atau ia harus mempunyai bisnis sampingan selain konten ponsel untuk berjaga-jaga apabila frekuensi penjualan konten menurun. Bagi institusi yang sebelumnya telah mempunyai jalur internet, dengan adanya bisnis ini tentunya akan meringankan biaya internet yang seharusnya dikeluarkan, terutama jika bisnis kontennya sukses.
Apabila dibandingkan dengan bisnis konten yang konvensional, konten yang dijual melalui cara ini jauh lebih banyak. Selain games, ringtones, wallpaper, dan screensaver, pengembang dapat menjual informasi. Penjualan konten dengan jenis ini cukup banyak diminati oleh sebagian besar pengembang ponsel. Informasi dapat berupa kurs mata uang, harga saham, kondisi cuaca, bahkan sampai dengan koordinat lokasi pengguna ponsel dalam suatu daerah. Akhir-akhir ini, beberapa institusi pendidikan juga mulai terjun dalam penyediaan konten berupa informasi nilai, jadwal kuliah, status pembayaran, dan pengumuman penerimaan siswa/mahasiswa. Semakin banyak orang yang membutuhkan informasi tersebut, semakin banyak pula penghasilan yang masuk. Penghasilan tersebut juga tergantung dari biaya yang dikenakan untuk pengguna informasi. Semakin tinggi biaya yang dikenakan, semakin tinggi pula margin keuntungan yang didapat. Selain itu, variasi informasi yang disediakan juga ikut mempengaruhi frekuensi permintaan. Dengan kreativitas pengembang konten, tentunya semakin banyak informasi yang menarik dan dapat dijual kepada pengguna ponsel. Ridwan Sanjaya
2 komentar:
mantab infonya bos
mantab infonya
Post a Comment