23 September 2005

Memilih Linux bukan Langkah Populer

(Suara Merdeka – Suplemen Teknologi Informasi 23 September 2005)

Anton, pemilik salah satu warung internet di Semarang berbicang-bincang dengan Bima, eks teman kuliahnya, membahas mengenai razia yang terjadi di beberapa warnet belakangan ini. Baginya, meskipun Windows cukup mahal untuk dibeli warnet sekelasnya tetapi memilih Linux bukanlah langkah populer. Karyawannya dan pelanggannya harus belajar lagi untuk membiasakan diri. Padahal hal tersebut tidaklah mudah, apalagi jika seseorang sudah terbiasa dan nyaman dengan sistem operasi Windows.
Bima berseloroh, “Pakai komputer juga bukan langkah yang populer”.
Mendengar hal tersebut, kontan raut muka Anton berubah seketika. Baginya menggunakan komputer adalah suatu bentuk kemajuan, protesnya. Dengan semangatnya ia menjelaskan berbagai keuntungan jika seseorang terampil mengoperasikan komputer.
Bima melanjutkan, “Itu karena kamu sudah biasa menggunakan komputer. Coba saja tanyakan hal tersebut kepada administrasi yang terbiasa dengan pekerjaan manual, atau guru-guru di beberapa SMA yang diminta belajar komputer oleh institusinya”.
Bagi mereka, bekerja dengan komputer hanyalah akan menambah pekerjaan. Pekerjaan manual yang selama ini dilakukan dirasakan lebih cepat dilakukan ketimbang harus memainkan tombol-tombol keyboard dan mouse. Perasaan tersebut merupakan bentuk reaksi yang umum ditunjukkan seseorang ketika menemui sesuatu yang baru. Hal tersebut dapat timbul karena ia sudah terbiasa dengan cara-cara yang dilakukan selama ini. Tetapi ketika ia berhasil mempelajari dan menggunakannya untuk membantu pekerjaannya, pendapat bisa berubah 180 derajat.
“Begitu juga halnya dengan Linux”, lanjut Bima.
Butuh kesediaan untuk mencoba beberapa kali sebelum menolak atau menerima sistem operasi tersebut. Tampilan grafis yang ada di Linux juga berfungsi tidak jauh berbeda dengan tampilan grafis di Windows. Kedua sistem operasi dengan tampilan grafisnya yang khas, berusaha memudahkan pengguna dalam mencari dan menjalankan program-program yang tersedia dalam sistemnya. Hanya saja tata letak dan pengelompokan menu pada masing-masing sistem operasi berbeda-beda. Namun secara prinsip keduanya tidak jauh berbeda.
Kadangkala memang perlu adanya tindakan edukasi untuk memudahkan pengguna awam mengenal sistem operasi yang baru dikenal. Bima teringat ketika Anton dan dirinya bersama-sama ikut kursus Windows di lab komputer kampusnya. Awal yang semula dianggap sulit akhirnya terlewati setelah beberapa pertemuan dijalani. Bahkan saat ini Anton dengan hobi internetnya berhasil membuka bisnis warnet kecil-kecilan. Sedangkan dirinya membuka jasa konsultan komputer karena kegemarannya dalam meng-oprek komputer eks teman-teman kampusnya.
“Pengusaha warnet seperti kamu saat ini dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama punya konsekuensi. Jika ingin terus menggunakan Windows, maka harus ada anggaran untuk membeli sistem operasi tersebut secara legal. Karena apapun yang terjadi, hak cipta harus dihargai.”, tegas Bima.
Tetapi jika tidak ada anggaran, Linux bisa menjadi salah satu alternatif. Konsekuensinya, pada awalnya perlu ada bantuan edukasi untuk pengguna. Baik berupa petunjuk penggunaan yang ditempel di setiap komputer atau ada karyawan yang dapat membantu pengguna awam ketika ia mengalami kesulitan. Ketika pelanggan sudah menyadari bahwa penggunaan kedua sistem operasi tidak jauh berbeda, maka petunjuk penggunaan tersebut secara berangsur-angsur tidak akan digunakan.
Ini bukan hanya masalah kebiasaan, tetapi juga kesediaan untuk memulai.

1 komentar:

Odading said...

posting lama, tapi sangat seru untuk dibaca.. Like This!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...