13 March 2007

Menikmati Sensasi Desktop 3 Dimensi

Suara Merdeka Minggu – Rubrik Konek 4 Maret 2007)

Apakah Anda masih ingat film Minority Report, dimana Tom Cruise bisa membuka dan memilih dokumen-dokumen di dalam server dengan menggunakan tangan virtualnya? Dokumen-dokumen tersebut seakan-akan nyata, bisa diputar, atau melayang-menjauh ketika disingkirkan. Saat ini visualisasi tersebut bukan lagi hal yang mustahil. Bahkan bukan hanya Windows Vista yang mampu menampilkan sensasi 3 dimensi tersebut.

Aero merupakan fitur user interface terbaru di dalam Windows Vista yang membedakan dengan versi sebelumnya dan menjadi daya tarik dari Windows Vista pada saat diperkenalkan pada masyarakat. Melalui Flip 3D, yang merupakan bagian dari Aero, Anda dapat mengganti-ganti jendela program di dalam Windows dengan menggunakan kombinasi tombol Alt+Tab, namun divisualisasikan dalam bentuk kartu 3 dimensi yang melayang-layang di atas desktop.
Dengan fitur baru tersebut, Anda akan merasakan perbedaan yang mencolok antara lingkungan kerja Windows XP dan Vista. Namun sebetulnya tampilan sejenis ini sudah dikenalkan sebelumnya oleh Sun Microsystem melalui proyek open source “Java Looking Glass” yang dikenalkan pada tahun 2003 dan diluncurkan secara resmi pada pertengahan Desember 2006. Karena sifatnya open-source, proyek ini memberikan kesempatan kepada siapapun untuk mengunduh program ini melalui http://lg3d-core.dev.java.net.
Melalui proyek ini, Sun Microsystem, musuh bebuyutan Microsoft, memberikan kesempatan pada pengguna Linux dan Solaris x86, bahkan juga Windows, untuk merasakan sensasi pengalaman yang mengesankan melalui tampilan desktop 3 dimensi yang justru baru dikenalkan oleh Microsoft melalui Windows Vista.
Jika Anda membandingkannya dengan tampilan Aero di Windows Vista, fitur yang ditawarkan oleh Java Looking Glass tampak lebih kaya. Bukan hanya tampilan jendela di dalam desktop yang dibuat menjadi 3 dimensi, namun juga tampilan taskbar dan aplikasi-aplikasi yang sedang dijalankan.
Jendela Dapat Dilipat
Kemampuan efek 3 dimensinya mampu menampilan jendela dengan menggunakan bayangan, jendela diatas kubus yang dapat diputar, transparansi, serta efek visual 3 dimensi lainnya. Java Looking Glass mampu mengatur setiap elemen di dalam desktop menjadi sebuah ruang tiga dimensi.
Jendela program dapat dilipat kesisi sebelahnya, diputar, atau dimanfaatkan untuk menyimpan memo dan lainnya di balik jendela tersebut. Ikon-ikon desktop diletakkan di atas sebuah papan dalam ruang 3 dimensi dan dapat menampilkan efek animasi tertentu ketika dilewati oleh mouse.
Kebutuhan perangkat keras yang disarankan untuk menjalankan Java Looking Glass minimal menggunakan prosesor dengan kecepatan 1.4 GHz, RAM 512 MByte, kartu grafis yang mendukung 3D, dan harddisk sebesar 600 MByte.
Salah satu produsen distro Linux, Mandriva, juga tidak mau ketinggalan dalam menyertakan tampilan 3 dimensi di dalam desktopnya melalui distro terbarunya, Mandriva Linux 2007. Dengan adanya AIGLX and Xgl 3D, desktop Mandriva dapat diputar seperti layaknya sebuah kubus ketika suatu jendela program melewati tepi layar.Dengan begitu, sensasi desktop 3 dimensi bukan lagi dominasi dan keistimewaan salah satu sistem operasi saja, tetapi sudah menjadi bagian dari fitur yang akan terus disertakan dalam pengembangan tampilan desktop pada sistem operasi.

2 komentar:

Anonymous said...

saya dah nyoba looking glass sama beryl + XGL dan AIGLX di kubuntu..
walaupun looking glass terlihat dan terasa lebih revolutioner..
beryl + XGL masih lebih fungsional dibanding looking glass..
tapi jadi menarik nih teknologi desktop ke depan..
terus menulis ya pak!!

Unknown said...

Great post to read.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...