(Suara Merdeka – Halaman Teknologi, 13 April 2015)
Saat ini makin banyak perguruan tinggi yang melihat plagiasi tidak semata-mata sebagai pelanggaran dalam dunia pendidikan, tetapi juga memperlihatkan mutu dalam tulisan yang dihasilkan para akademisinya.
Sosialisasi antiplagiasi, workshop penggunaan perangkat lunak antiplagiasi, sampai pendampingan dalam teknis penulisan referensi semakin digalakkan oleh perguruan tinggi, termasuk di institusi penulis.
Unit Pelaksana Tugas (UPT) Perpustakaan seringkali menjadi unit yang berperan dalam implementasi kebijakan antiplagiasi karena pada zaman digital sekarang ini, perpustakaan tidak lagi sekadar menjadi tempat pinjam-meminjam pustaka.
Beberapa perpustakaan di perguruan tinggi sudah bertransformasi dan berperan lebih penting dalam mengedukasi masyarakat kampus dalam tata cara penulisan yang baik, terutama terkait dengan penulisan pustaka-pustaka yang digunakan.
Namun dalam pelaksanaannya, perpustakaan tidak hanya menggunakan cara-cara manual yang mengandalkan insting. Saat ini sudah banyak perangkat lunak berbasis desktop maupun website yang dapat digunakan untuk memeriksa orisinalitas artikel-artikel ilmiah.
Terdapat dua perangkat lunak yang saat ini paling terkenal dan banyak digunakan oleh berbagai perguruan tinggi, yaitu Viper dan Turnitin. Umumnya Viper digunakan secara perorangan karena penggunaannya hanya dibatasi sampai kurang lebih 12.000 kata setiap hari.
Selain itu, layanan Viper dapat digunakan secara gratis. Kita hanya cukup mengunduh software yang tersedia di alamat www.scanmyessay.com dan mendaftarkan diri untuk memiliki akun Viper di alamat yang sama.
Ciptaan iParadigms
Sedangkan Turnitin umumnya lebih banyak digunakan oleh institusi karena keharusan untuk membayar fasilitas dalam kontrak setiap tahun dan dalam kuota pengguna yang cukup besar pada setiap paket yang ditawarkan.
Software antiplagiasi Turnitin dibuat oleh iParadigms yang berbasis di Inggris mulai 1997. Untuk wilayah Asia, penjualan layanan ini ditangani oleh iGroup Asia Pasific Limited yang berlokasi di Singapura.
Berbeda dari layanan Viper yang berbasis desktop, Turnitin merupakan layanan berbasis web. Sehingga setiap pengguna dapat langsung mengunjungi website yang tersedia dan mengunggah artikel ilmiah yang ingin diperiksa.
Jika dipergunakan untuk kepentingan pengiriman tugas kuliah atau tugas akhir, dosen hanya cukup login ke dalam Turnitin. Di dalam sistem, dosen bisa langsung melihat laporan hasil pemeriksaan kesamaan tulisan dengan tulisan lain di dunia.
Kemudahan ini yang mendorong banyak perguruan tinggi menggunakan layanan dari Turnitin, meskipun total biaya yang dikeluarkan sebetulnya tidak sedikit. Namun layanan pemeriksaan antiplagiasi tersebut akan banyak membantu mahasiswa dan dosen di masa depan.
Selain tulisan menjadi lebih berkualitas dan pemahaman mahasiswa terhadap artikel yang ditulis semakin baik, mahasiswa juga tidak lagi khawatir suatu saat nanti setelah lulus akan terkena klaim plagiasi yang bisa berujung pada sanksi akademik sampai dengan pencabutan gelar.
Tambah Beban
Dengan adanya bantuan dari layanan antiplagiasi yang disediakan oleh perguruan tinggi, pekerjaan oknum-oknum yang membuka jasa pembuatan skripsi tentunya akan semakin berat. Mereka tidak lagi dengan mudah mengambil referensi dari sumber lain, terutama skripsi lain.
Meskipun memiliki database skripsi dalam jumlah yang besar, semuanya tidak dapat digunakan lagi secara otomatis. Dibutuhkan usaha mengubah dalam bahasa yang berbeda dari sumbernya dan disesuaikan dengan konteks kalimat yang mengutip.
Hal ini tentunya menambah beban dan usaha yang dikeluarkan, dibandingkan dengan sebelum ada layanan antiplagiasi. Seringkali beban dan usaha lebih berkorelasi dengan harga jasa pembuatan skripsi yang dipatok untuk mahasiswa.
Berdasarkan penelusuran, umumnya harga jasa pembuatan skripsi berbeda-beda untuk tiap perguruan tinggi bahkan sampai dengan tiap dosen pembimbing. Biaya akan menjadi semakin mahal jika dosen pembimbing semakin teliti dan kritis dalam memeriksa naskah yang diajukan.
Dengan ditambah kebijakan perguruan tinggi yang mengharuskan pemeriksaan antiplagiasi setiap kali bimbingan, harga jasa pembuatan skripsi diprediksi akan semakin mahal. Namun, resiko yang dihadapi mahasiswa pengguna jasa masih sama besarnya ketika nantinya ditemukan tulisan yang ternyata bukan miliknya. (Ridwan Sanjaya, Unika Soegijapranata)
Sumber: SuaraMerdeka.com
Kliping: Epaper Suara Merdeka
0 komentar:
Post a Comment