Menyadari bahwa mulai besok, 1 September 2017, telah terjadi perubahan kepemimpinan di Unika Soegijapranata, terus terang membuat saya gelisah namun sekaligus tertantang. Bagaimana tidak, Prof. Budi Widianarko telah meletakkan fondasi yang kuat bagi Unika Soegijapranata dalam delapan tahun terakhir ini. Bukan hanya dari sisi infrastruktur yang makin baik, tetapi juga dalam hal kualitas pengelolaan perguruan tinggi, peningkatan kesejahteraan, dan kekuatan dalam teamwork. Dalam hal ini, Prof Budi telah mengangkat sauh kapal dan berlayar ke tengah lautan. Beban sekaligus tantangan untuk melanjutkan kapal sampai ke tujuan harus dapat dilanjutkan oleh pimpinan universitas berikutnya.
Setiap detik ke depan merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi saya untuk bisa terus mendengar sharing, petunjuk, masukan-masukan, atau bahkan kritik dari sosok yang saya anggap sebagai mentor, kakak, sekaligus pimpinan. Bagai sumur yang tak pernah kering, Meskipun terus keluar dan mengairi tanah di sekitarnya namun terus, selalu ada yang baru, dan tidak pernah habis memperluas pemahaman orang-orang di sekitarnya. Semangat dan daya tahan beliau yang selalu prima dalam bekerja sepenuh hati untuk Unika Soegijapranata akan terus menjadi sumber inspirasi bagi saya.
Untuk itu dalam kesempatan yang sangat baik ini, saya mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam dan kebanggaan saya bisa bekerja bersama Prof Budi Widianarko dalam empat tahun terakhir ini.
Melihat tantangan ke depan yang semakin besar dan seringkali tidak lagi terlihat dalam prediksi peta persaingan yang sebenarnya, dibutuhkan usaha yang lebih besar dan inovasi yang semakin berkembang. Era disruptive innovation yang kini menjadi bahan diskusi dalam berbagai bidang, menuntut para pemain lama atau petahana melakukan self-disruption, agar mereka tidak terkaget-kaget ketika pemain-pemain baru muncul dengan inovasinya dan mengambil pangsa pasarnya secara signifikan.
Dalam buku The Third Wave: An Entrepreneur's Vision of the Future yang ditulis oleh Steve Case (2017), disampaikan bahwa meskipun seringkali sakit dan tidak nyaman, organisasi dituntut untuk bisa mendisrupsi dirinya. Organisasi harus semakin praktis, tangkas, dinamis, dan bahkan lebih efisien. Sama halnya dengan dunia pendidikan tinggi yang tidak boleh hanya berpuas pada suatu pencapaian atau bahkan enggan berubah untuk melihat hal yang baru karena sudah terbiasa dan yakin dengan hal-hal lama yang dijalani selama ini. Dalam sejarah, evolusi dari inovasi-inovasi yang mengganggu akhirnya berhasil memberikan dampak yang positif berkat ketekunan dan kerjasama semua pihak.
The world as we have created it is a process of our thinking.
It cannot be changed without changing our thinking.
- Albert Einstein
Dalam empat tahun ke depan, terminologi UnikaConnect akan digunakan sebagai pengejawantahan usaha universitas dalam menghubungkan talenta-talenta di dalamnya dengan berbagai kesempatan dan hal-hal baik di sekitar kita. Terminologi UnikaConnect bukan semata-mata menggunakan alat bantu teknologi dalam praktek pembelajaran ataupun pengelolaan kampus, tetapi semangat untuk memperbesar potensi-potensi di dalam perguruan tinggi dan mengkoneksikannya dengan pihak-pihak terkait. Tentu, dengan keberadaan teknologi, terjadi pelipatgandaan kecepatan secara eksponensial, memperpendek mata rantai administrasi, namun tetap dapat menggunakan standar mutu yang diharapkan.
Dengan kata kunci ekspresi, kreasi, dan terkoneksi, Unika Soegijapranata ke depannya harus dapat menjadi ruang ekspresi bagi orang-orang di dalamnya dengan penyediaan platform-platform yang kreatif dan memungkinkan sivitas akademika untuk mengembangkan talenta yang dimilikinya sehingga dapat menghubungkan pada kesempatan-kesempatan baru sekaligus membawa kebaikan bagi sesama. Semua unsur di dalam Unika Soegijapranata menjadi pribadi yang dapat merasakan transformasi - menjadi lebih baik dan bermakna bagi dirinya, orang-orang di sekitarnya, dan tanah airnya.
Gambar 1. Unika Soegijapranata, Ruang Ekspresi (Desain oleh Anggara dan Manggar)
Hal ini menjawab pertanyaan mengenai hakekat universitas sesungguhnya, bahwa universitas merupakan tempat “belanja”. Yaitu belanja etika, ilmu, dan pengetahuan; belanja jejaring untuk bergaul; belanja wawasan; dan belanja kesempatan untuk bereksplorasi; dalam rangka melakukan transformasi bukan saja untuk menjadi kompeten tetapi juga bermakna bagi orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, meskipun teknologi dan internet telah mengisi banyak hal dari kehidupan manusia namun masih tersedia ruang bagi perguruan tinggi untuk memberi nilai bagi orang-orang yang terlibat dalam proses di dalamnya.
Program-program yang direncanakan untuk empat tahun ke depan dalam memaknai motto kampus ini, yaitu Talenta pro Patria et Humanitate atau bakat untuk tanah air dan kemanusiaan, tentu membutuhkan kerjasama dari banyak pihak, baik dari dalam maupun dari luar Unika Soegijapranata. Selain itu kami juga membutuhkan dukungan dan doa dari semua pihak agar kami, para pimpinan Unika Soegijapranata empat tahun ke depan, dapat mengemban tugas ini dengan baik dan menghasilkan dampak seperti yang dicita-citakan.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua pihak selama saya menjalankan tugas sebelumnya sebagai Wakil Rektor dalam empat tahun terakhir. Semoga kerjasama ini dapat terus berjalan dalam tahun-tahun berikutnya. Tak lupa saya juga mengucapkan Selamat ulang tahun ke-35 Unika Soegijapranata kepada kita semua. Semoga kita semua senantiasa diberkati, dibimbing, dan dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Berkah Dalem.
Semarang, 31 Agustus 2017
Tautan terkait:
0 komentar:
Post a Comment