02 February 2018

Masa Depan Financial Technology

(Suara Merdeka, Wacana Nasional 1 Februari 2018)

SM-01_02_2018-Masa-Depan-Financial-Technology

PERKEMBANGAN internet yang demikian cepat dan perubahan gaya hidup generasi muda membawa dampak pada dunia finansial melalui teknologi keuangan yang dikembangkan secara luar biasa di Indonesia. Namun sejarah mencatat, 10 tahun yang lalu pengguna internet di Indonesia hanya berkisar 20 juta, sangat jauh dari sekarang yang mencapai 132 juta pengguna.

Saat ini, dengan pengguna internet yang jumlahnya melebihi penduduk negara-negara Asia Tenggara, bahkan sebagian besar negara-negara di Asia, Indonesia menjadi pangsa pasar yang besar, baik dalam hal penggunaannya maupun pengembangannya.

Setelah e-commerce laris manis dan menjadi primadona transaksi perdagangan dalam beberapa tahun terakhir, pasar keuangan digoyang dengan kehadiran bisnis-bisnis rintisan baru dalam bidang keuangan.

Konsep dan paradigma mengenai dunia keuangan yang baru menjadi senjata bagi banyak pengusaha muda untuk memulai usaha ini. Meskipun dianggap baru, Bill Gates pernah menyampaikan pada 1994, ”Banking is necessary. Banks are not.”

Hal itu menggambarkan, aktivitas perbankan meskipun dibutuhkan, wujud fisiknya tidak lagi penting. Pernyataan yang dulu dinilai kontroversial itu seperti mengingatkan dunia perbankan untuk bersiap-siap menyesuaikan diri dengan perubahan yang radikal. Jika tidak, akan tergantikan oleh bentuk baru dari perbankan.

Peristiwa mantan CEO Nokia Stephen Elop yang pernah menangisi nasib Nokia saat diserahkan ke Microsoft kurang lebih mengingatkan kita akan perubahan pasar yang dinamis. Saat itu dia mengatakan, ”We didn’t do anything wrong, but somehow, we lost”. Meskipun sebagai pemimpin pasar saat itu Nokia tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi tetap kalah dalam kompetisi.

Keistimewaan sebagai posisi pemimpin pasar sering kali meningkatkan kenyamanan sehingga kemampuan untuk men-disrupsi dirinya sendiri kurang berani. Bahkan untuk mencoba sistem operasi baru saja muncul resistensi yang kuat di internal organisasi.

Jika dalam organisasi perbankan juga muncul penolakan yang sama seperti dialami Nokia, pasar masa depan bukan saja tidak dapat diraih bahkan pasar saat ini bisa saja terlepas. Financial technology (fintech) di Indonesia saat ini bergerak dengan cepat.

Nilai pembiayaan fintech di Indonesia dilaporkan terus naik dari tahun ke tahun. Pada 2016, nilai pembiayaannya berkisar Rp 190 triliun, sedangkan tahun 2017 setara dengan Rp 247,65 triliun. Bahkan diprediksi nilai pembiayaan pada 2021 akan naik menjadi Rp 494 triliun.

Fintech di Indonesia

Istilah financial technology (teknologi finansial) muncul secara tidak sengaja bersamaan dengan pembentukan Financial Services Technology Consortium pada 1993. Namun salah satu editor Sunday Times pernah menggunakan istilah tersebut pada 1980.

Menurut Forbes, teknologi finansial sudah berkembang lebih dari 65 tahun yang lalu sejak kemunculan kartu kredit, anjungan tunai mandiri, dan penjualan saham elektronik. Selanjutnya keberadaaan internet dan e-commerce memunculkan berbagai produk finansial berbasis internet.

Kini, berbagai bentuk fintech yang dapat menjembatani aktivitas finansial dalam masyarakat bermunculan, dari ebanking, dompet elektronik (e-wallet), uang elektronik (e-money), gerbang pembayaran (payment gateway), peminjaman dan pengumpulan dana, serta perencanaan keuangan.

Dengan kelebihan akses yang tidak terbatas, bisa digunakan atau dikunjungi setiap saat, tidak berbatas lokasi dan bisa komunikasi secara langsung ke masing-masing pribadi, menjadikan teknologi finansial segaris dengan karakteristik generasi muda yang mandiri dan gadget oriented.

Tidak heran beberapa pengusaha di bidang teknologi seperti Apple dan Google berlomba-lomba masuk ke bidang ini karena merasa lebih memahami perilaku pengguna teknologi. Di Indonesia, lebih dari 180 perusahaan telah dikembangkan dengan bidang teknologi finansial.

Berdasarkan KataData.co.id, sebagian besar dari perusahaan tersebut bergerak di bidang pembayaran (40%). Bidang pinjaman 23 persen, agregator 12 persen, perencanaan keuangan dan crowdfunding masing-masing 7 persen, bidang lain 11 persen.

Tujuan penggunaan teknologi sejatinya untuk membuat hidup lebih mudah. Hal ini juga sejalan dengan prinsip dari inovasi disruptif yang fokus pada hal yang lebih cepat, lebih murah, lebih mudah, dan sering kali lebih sederhana.

Karena itu, pengembangan teknologi finansial juga punya beberapa hal yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah saat ini. Dengan tetap melihat keunggulan perbankan dalam keamanan dan privasi, diharapkan pemanfaatan teknologi finansial dapat meningkatkan kemudahan dalam persetujuan dan transaksi, menurunkan biaya transaksi, mempercepat dana sampai tujuan, mempermudah kustomisasi dengan kebutuhan, serta dapat memanfaatkan teknologi yang saat ini banyak digunakan masyarakat.

Bagi dunia pendidikan, mereka akan sangat terbantu dengan keberadaan teknologi finansial, terutama dalam hal pengelolaan keuangan perkuliahan siswa atau mahasiswa, layanan tambahan di sekolah atau kampus, pencarian sponsor kegiatan, pembiayaan aktivitas sekolah, serta pengembangan jiwa kewirausahaan. Memahami kebutuhan masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan pengembangan bank dalam mengembangan teknologi finansialnya . (Prof Dr Ridwan Sanjaya, guru besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata)

Tautan:

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...