(Suara Merdeka, Wacana Nasional 17 April 2018)
"Pertempuran dengan petahana yang diilustrasikan sebagai Samudera Merah (Red Ocean) menjadi tidak perlu terjadi bahkan dapat menciptakan ruang berkembang baru yang berpotensi melampaui kompetisi yang ada"
DALAM beberapa waktu terakhir ini dunia pendidikan tinggi selalu diingatkan adanya kemungkinan perubahan radikal yang dapat sewaktu-waktu mengubah peta persaingan dalam berbagai bidang yang juga berdampak pada eksistensi lulusan perguruan tinggi. Kata kunci inovasi disruptif dan industri 4.0 semakin sering disebut dalam berbagai pertemuan, seminar, bahkan menjadi kebijakan perubahan dalam organisasi besar.
Hal ini punya tujuan baik untuk mengingatkan kita semua agar dapat mengantisipasi dunia yang sangat cepat berubah (volatile), tidak mudah diprediksi (uncertain), semakin rumit (complex), dan multitafsir (ambiguous) yang menurut Whiteman (1998) diistilahkan sebagai VUCA world.
Menurut Nathan Bennett dan G James Lemoine dalam Harvard Business Review (2014), kondisi tersebut juga harus dihadapi dengan strategi VUCA atau cara pandang yang jauh ke depan (vision), pemahaman yang mendalam (understanding), ketajaman dalam melihat peluang (clarity), dan kelincahan dalam bergerak (agility).
Hal yang sama juga pernah ditulis oleh Sun Tzu dalam buku Art of War (Feng, 2007), pemahaman akan medan pertempuran akan membuat seorang jenderal dapat mengatur strateginya tanpa harus mengorbankan banyak pihak.
Data yang tidak lengkap, didasarkan pada asumsi-asumsi, bahkan dipahami secara dangkal, akan menyebabkan seorang jenderal tidak tenang dan lebih mengutamakan pertempuran dengan jumlah pasukan yang banyak dibanding pemahaman yang mendalam akan situasi yang sedang terjadi. Akibatnya, strategi yang disusun sering tidak bisa jauh ke depan dan tidak dapat menangkap peluang yang ada. Akibatnya, pertempuran memakan waktu lama, membuat semangat kendor, dan meningkatkan jumlah korban, bahkan menjadi bencana besar bagi dirinya dan kelompoknya.
Pencipta Tren
Bila direfleksikan dengan kondisi saat ini, pemahaman akan peta persaingan secara lebih mendalam dapat menciptakan berbagai peluang. Selain itu, ide-ide baru dapat muncul dan menciptakan pasar baru (market creation) yang berbeda dari sebelumnya. Inovasi yang dihasilkan dapat menjadikannya sebagai pencipta tren, bukan follower atau pengikut ketika orang yang lain sudah sukses.
Dengan begitu, inovasi yang dilakukan tidak selalu mengganggu pihak lain, tetapi justru menciptakan dan mengembangkan semesta yang baru. Bahkan dimungkinkan fondasi yang dibangun dapat lebih kokoh dibanding pendatang baru.
Hal ini sesuai dengan konsep Samudera Biru (Blue Ocean) di mana penciptaan pasar baru akan membuat persaingan yang ada saat ini menjadi tidak relevan bagi mereka (Mauborgne & Kim, 2017). Pertempuran dengan petahana yang diilustrasikan sebagai Samudera Merah (Red Ocean) menjadi tidak perlu terjadi, bahkan dapat menciptakan ruang berkembang baru yang berpotensi melampaui kompetisi yang ada.
Modal Perguruan Tinggi
Jika Anda pernah menonton film The Greatest Showman, kita akan melihat sosok PT Barnum berhasil menciptakan bisnis baru dalam bidang hiburan yang berbeda dari pementasan lain sebelumnya dan membuka pasar baru dalam dunia hiburan, yaitu keluarga dan anak-anak. Namun pada saat bisnis sirkus sedang mengalami kejenuhan, Cirque de Soleil membuka pasar baru, yaitu penonton dewasa dan mitra bisnis dengan harga yang lebih tinggi dari sirkus tradisional. Keberhasilan usahanya justru melebihi rekor ketika tidak mengambil pangsa pasar yang sama.
Inovasi non-disrupsi pada era disrupsi seperti dalam konsep Samudera Biru ini memang tidak mudah dilakukan jika kita sudah terpaku pada sosok-sosok yang saat ini sudah berhasil dan tergoda untuk ikut sukses pada lahan yang sama.
Keberanian untuk menjalankan hal yang berbeda dengan digerakkan oleh adrenaline yang besar, umumnya dimiliki justru oleh anak-anak muda. Terutama lulusan perguruan tinggi, wawasan yang meluas, pengetahuan yang lebih mendalam, keberanian untuk mengambil keputusan, dan penguasaan akan teknologi terkini dapat menjadi modal penguat dalam proses penciptaan dunia mereka yang baru.
Beruntunglah mereka yang pada saat studi telah mendapatkan cukup waktu dalam berinteraksi secara sosial di kampus, membangun jejaring, meningkatkan kompetensi, dan menguji kelincahan dalam pengambilan keputusan. Mereka telah mengambil kesempatannya untuk berlatih dalam mengembangkan modal tersebut. Organisasi-organisasi mahasiswa dan berbagai kegiatan peningkatan softskill yang dikembangkan di kampus telah menjadi Kawah Candradimuka bagi mereka sebelum terjun di masyarakat. Kini saatnya, modal tersebut diterapkan untuk menciptakan Samudera Biru yang sesuai dengan talenta masing-masing di bidang yang telah dipilih setelah lulus dari perguruan tinggi. (Ridwan Sanjaya, Rektor Unika Soegijapranata dan guru besar bidang Sistem Informasi)
Tautan:
0 komentar:
Post a Comment