05 August 2020

"The Great Reset" dalam Dunia Pendidikan

(Suara Merdeka, Wacana Nasional 5 Agustus 2020)



Semangat untuk memberikan yang terbaik dan optimisme terus dibangun, bisa menjadi bahan bakar yang tidak pernah habis, meskipun dilanda badai pandemi

SETELAH pandemi Covid-19 menjadi berkepanjangan, para ahli menyerukan “The Great Reset” atau pengaturan ulang tatanan kehidupan yang mendasar secara masif. Istilah tersebut merupakan judul buku dari Richard Florida, seorang professor di Universitas Toronto yang kembali dibicarakan oleh Klaus Schwab, Ketua Eksekutif World Economic Forum, pada Juni lalu. Meskipun bidang yang dibicarakan di dalam forum tersebut tidak menyebutkan dunia pendidikan secara spesifik, namun kelima bidang yang ditawarkan juga ikut terkait dengan dunia pendidikan, tidak terkecuali pendidikan tinggi.

Penggunaan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan dalam masa pandemi, telah “meruntuhkan” tembok-tembok kelas yang dulu secara fisik menegaskan bidang ilmu, tingkatan pengetahuan, waktu yang disediakan dalam belajar, atau bahkan bentuk laporan evaluasi penyelenggaraan pendidikan. Rumusan yang paling tepat dalam memberikan solusi pendidikan tidak lagi dapat dipastikan, seperti halnya ketidakpastian vaksin Covid-19 akibat kemungkinannya untuk bermutasi secara cepat.

Namun kondisi ini tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga dialami oleh dunia pendidikan secara global, terutama dalam pendidikan tinggi. Kampus-kampus besar dunia, baik di Eropa maupun Amerika, yang terkenal dengan kelebihannya dalam hal teknologi, ternyata juga canggung ketika menghadapi penggunaan teknologi informasi secara masif dan massal. Perubahan yang mendadak telah membuat pemerintah setempat, kampus, dosen, maupun mahasiswa menjadi tunggang- langgang, jungkir-balik, dan kocar-kacir dalam menyikapi, terutama ketika infrastruktur, kebijakan, dan pelatihan belum dipersiapkan sebelum masa pandemi.

Dunia Sedang Di-reset

Berbagai pandangan yang dinilai paling benar bermunculan, meskipun mereka belum benarbenar menjalankan atau bahkan mengujinya. Sejujurnya, tidak ada pendekatan yang paling sempurna dalam kondisi sekarang. Tidak ada resep tunggal yang paling mujarab untuk semua kasus. Hanya semangat untuk memberikan yang terbaik, yang membuat pelayanan kepada mahasiswa tetap berjalan, meskipun kondisi tidak mudah. Dunia ini sedang di-reset dan kita semua mendapatkan kesempatan untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan pengalaman di dunia yang baru.

Momentum yang dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan saat ini adalah memperkecil atau meniadakan kesenjangan dan ketimpangan dalam hal pendidikan yang tercipta akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Meskipun pemerintah telah mempersiapkan berbagai skenario ataupun kita melihat kondisi nyata terkait infrastruktur di lapangan belum merata, dunia pendidikan perlu menyiapkan berbagai skenario kreatif, agar masyarakat tetap dapat mengakses pendidikan yang layak dan pantas di dalam kondisi terbatas saat ini.

Meskipun kita menyadari bahwa adopsi dan adaptasi teknologi merupakan hal yang tidak terhindarkan, adaptasi dengan kondisi yang riil di lapangan juga harus dilakukan. Berbagai bentuk adaptasi dan temuan solusi akan menjadi momentum bagi kita semua dalam mengawali “The Great Reset” yang terkait dengan dunia pendidikan. Ingat, tidak ada resep tunggal yang paling mujarab dalam semua kondisi. Usaha kita untuk mendekatkan masyarakat pada layanan pendidikan yang menjadi haknya, menjadi bagian dalam peran kita sebagai tabib-tabib maupun tokoh-tokoh perubahan di dalam tatanan kehidupan baru.

Kesiapan Transformasi

Unika Soegijapranata pada usia yang ke-38 pada 5 Agustus 2020 ini, mungkin termasuk yang beruntung mampu melewati satu semester pertama pada masa pandemi, meskipun sejujurnya tidak mudah. Hanya dengan kerja sama yang baik oleh semua pihak melalui dukungan pelaksanaan pembelajaran daring yang konsisten dalam satu semester terakhir, pelayanan dapat berjalan dengan lancar.

Salah satu yang menguntungkan adalah kesiapan teknologi informasi sejak tahun 2000 yang dikembangkan secara masif setelah itu. Tercatat, tahun 2009, 2011, 2014, dan 2017 merupakan titik-titik waktu di mana sistem pembelajaran daring terus dikembangkan untuk mendampingi, melengkapi, bahkan menjadi backup ketika kondisi saat ini terjadi. Ibaratnya, kapal sudah dibangun dan sudah disiapkan tidak jauh dari pantai, di mana pada akhirnya berlayar pada masa sekarang untuk mengarungi samudera ketidakpastian dan diharapkan akan sampai di daratan yang menjadi proyeksi suatu masa depan yang cerah.

Semangat untuk memberikan yang terbaik dan optimisme yang terus dibangun, bisa menjadi bahan bakar yang tidak pernah habis, meskipun dilanda badai pandemi. Ketangguhan, kreativitas, dan kepedulian sivitas akademika terbukti dapat berkembang ibarat jamur pada musim hujan. Berbagai karya akademik dan sosial dari dunia pendidikan justru dihasilkan dengan luar biasa dalam satu semester terakhir ini. Berbagai kanal Youtube mendadak bermunculan dari dosen muda sampai dengan profesor yang tidak lagi muda. Begitu juga dengan tulisan-tulisan dosen yang diterbitkan di media massa maupun dalam bentuk buku.

Selain itu, keterlibatan dosen, tendik, dan alumni dalam hal kepedulian kepada mahasiswa pada masa pandemi ini sungguh menjadi catatan sejarah yang akan terceritakan dalam tahun-tahun yang akan datang. Semua ini ibarat semut keluar dari sarangnya, semua pihak tanpa terkecuali “berhamburan” untuk berbagi dan melakukan aksi sosial di masyarakat. Fenomena yang mungkin tidak mudah kita temukan pada masa-masa sebelum pandemi.

Namun pengelola dunia pendidikan harus menyadari bahwa dibutuhkan usaha lebih keras lagi dan lebih baik lagi untuk bisa melewati masa-masa ini dengan baik, sampai akhirnya masuk dalam tatanan kehidupan yang baru. Selalu masih ada ruang dan waktu untuk melakukan refleksi, evaluasi, dan bertransformasi agar kita menjadi pribadi-pribadi yang semakin siap melayani di dunia pendidikan.

Semangat bersama untuk terus berekspresi, menghasilkan kreasi, dan terkoneksi dengan berbagai kesempatan yang baik di masyarakat dapat menjadi modal yang sangat luar biasa bagi dunia pendidikan tinggi untuk bertransformasi dan menginspirasi banyak pihak. Karena itu, Mgr Soegijapranata pernah menyampaikan pesan bahwa bakat pemberian Allah jangan hanya kau sembunyikan, persembahkan seluruhnya kepada nusa, bangsa, dan negara. Pesan ini kemudian dirumuskan sebagai talenta pro patria et humanitate dan menjadi moto Unika Soegijapranata sampai saat ini.

Tautan:

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...