Usaha mengangkat kesenian wayang kulit tidak akan berhenti. Berbagai pihak lewat beragam cara terus merevitalisasi warisan budaya bangsa ini. Sebelumnya dari dunia pendidikan, kelompok mahasiswa Unika Soegijapranata Semarang menelurkan ide Tayangan Wayang Online (Tawon) untuk menarik minat generasi muda melalui skenario wayang yang dapat dikreasikan sendiri.
Melalui aplikasi tersebut, pengguna internet di seluruh dunia bisa merasa menjadi dalang virtual dengan koleksi wayang yang bervariasi. Baru-baru ini, sebuah portal web: Indonesian Wayang Network beralamatkan di www.wayangnetwork.com telah diperkenalkan kepada para dalang dan pelaku kesenian wayang kulit di daerah Solo dan Semarang.
Website yang dikembangkan tim peneliti Unika Soegijapranata didukung oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Jateng, dan sanggar kesenian di Solo dan Semarang.
Tujuannya, untuk mengangkat kesenian wayang kulit dan pelaku kesenian di dalamnya. Bukan hanya untuk melestarikan warisan budaya bangsa melainkan juga mempromosikan keberadaan dalang, sanggar kesenian yang menaungi, dan karya seni cendera mata yang dimiliki.
Dari hasil roadshow tim peneliti, petunjukan-pertunjukan yang dipentaskan oleh dalang seringkali ketika direkam hanya menjadi dokumentasi. Tak banyak yang mengunggahnya ke internet untuk bisa disaksikan kalangan yang lebih luas. Publikasi ke internet umumnya dilakukan oleh sebagian besar dalang yang telah dikenal masyarakat.
Padahal dengan publikasi tersebut, berbagai peluang dapat tercipta, antara lain undangan untuk pentas dari kalangan yang lebih luas, minat terhadap sanggar kesenian, serta peluang ekonomi dalam transaksi cendera mata dan alat-alat kesenian.
Keberadaan portal web Indonesian Wayang Network dapat dimanfaatkan sebagai ruang pamer bagi karya yang dihasilkan para dalang. Tidak perlu harus seluruh tampilan pertunjukan wayang kulit, cukup 10-15 menit bagian pertunjukan yang dianggap paling menarik. Dengan begitu, pengunjung website tidak harus menunggu lama jika ingin mengetahui sisi yang menarik.
Kearifan Lokal
Pengunjung juga dapat terlibat aktif melalui jajak suara untuk menentukan ketertarikan terhadap pertunjukan yang ditonton. Partisipasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap kesenian ini. Selain itu juga dapat makin mendorong dalang untuk menghasilkan rekaman yang lebih baik.
Untuk memudahkan dalang agar bisa secara berkelanjutan memublikasikan pertunjukannya ke website, langkah-langkah yang dilakukan telah diminimalkan oleh tim peneliti. Artinya, dalang tidak mutlak harus menguasai teknis komputer, namun cukup menjalankan beberapa aktivitas yang umum dalam pemanfaatan komputer. Harapannya, aktivitas publikasi ke internet menjadi kegiatan rutin yang mudah dan menyenangkan setelah pementasan, baik dalam latihan maupun pertunjukan.
Kesan teknologi informasi sebagai wakil dari dunia modern yang biasanya kontradiktif dengan kesenian dan kebudayaan, telah bergeser dan menyatu menjadi solusi bagi permasalahan lokal. Teknologi tidak digunakan untuk mengubah pakem (pedoman) namun justru untuk memperkuat potensi dalam kebudayaan bangsa.
Masyarakat selain dapat semakin mengenal seni dan budaya yang dimiliki, juga bisa menikmati pertunjukan yang dihasilkan melalui cara-cara kreatif yang didukung oleh teknologi informasi. Dengan begitu, citra diri bangsa akan makin indah dan kuat karena adanya partsipasi masyarakat yang aktif melalui pemanfaatan teknologi informasi dalam kearifan lokal.
Pada masa mendatang, klaim kepemilikan seni dan budaya oleh negara lain tidak lagi perlu terjadi karena seni dan pelaku seninya makin diberdayakan secara maksimal. (Ridwan Sanjaya, konsultan masalah internet pada rubrik ’’Konek’’ Edisi Minggu Suara Merdeka, dosen Ilmu Komputer Unika Soegijapranata Semarang)
Link: Suara Merdeka Online
1 komentar:
ngesti pandhawa onlen kang
Post a Comment