(Tribun Jateng, News Analysis, 11 Mei 2020)
SEJAK pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, berbagai aktivitas masyarakat terpaksa berhenti. Wayang Orang Ngesti Pandawa yang biasanya tampil setiap Sabtu jam 20.00 di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) menghibur masyarakat Semarang dan sekitarnya akhirnya juga memutuskan untuk berhenti, mengikuti Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 14 Maret 2020 tentang Peningkatan Status Kewaspadaan Terhadap Risiko Penularan Infeksi COVID di Jateng.
Kondisi ini tentunya menyulitkan bagi para seniman yang menggantungkan hidupnya pada dunia pertunjukan kesenian seperti Wayang Orang. Namun di sisi lain, kondisi ini dapat menciptakan peluang bagi Ngesti Pandawa untuk menghibur kalangan yang lebih luas lagi. Modal yang terpenting untuk menghadapi kondisi ini adalah mereka tidak boleh putus asa dan tetap bersemangat menyalurkan kecintaannya pada dunia kesenian, meskipun tidak lagi bisa di atas panggung.
Pertunjukan dalam bentuk digital yang saat ini telah mulai banyak di media sosial memang menjadi solusi kebuntuan penyaluran bakat dan aspirasi seni di tempat publik. Bahkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga ikut mendukung dengan memberikan insentif kepada seniman yang menghasilkan karya dengan syarat lokasi tampil di rumah saja dan jumlah seniman yang terlibat dibatasi sampai tiga orang saja. Insentif ini cukup mendorong para seniman untuk bergerak keluar dari zona nyaman, yaitu belajar teknologi audio visual, meskipun dengan peralatan gawai yang sederhana. Ngesti Pandawa dengan laskar mudanya juga bergerak ke arah yang sama dan bertransformasi dengan tetap melibatkan seniman-seniman senior di dalamnya. Beberapa seniman yang mempunyai kemampuan dalam hal merekam dan video editing secara otodidak, mulai mengkonversikan pertunjukan yang sebelumnya di panggung ke dalam bentuk video. Tentunya dengan mematuhi protokol untuk physical dan social distancing.
Mulai Mei 2020, Wayang Orang Ngesti Pandawa mulai akan menayangkan video-video pertunjukan yang berkisar 10 sampai maksimal 15 menit di media sosial, termasuk Youtube. Pertunjukan yang akan kita tonton bersama ini merupakan bentuk baru yang disajikan oleh Wayang Orang Ngesti Pandawa selama masa pandemi ini. Harapannya, meski tidak di atas panggung, pertunjukan ini tetap bisa menghibur kita semua.
Tidak Ada Ticket Box
Jika sebelumnya untuk menonton pertunjukan Ngesti Pandawa, kita harus membeli tiket melalui ticket box yang ada di depan gedung, saat ini tidak lagi. Masyarakat yang terhibur dapat menyalurkan donasi untuk seniman-seniman Wayang Orang Ngesti Pandawa melalui kotak donasi virtual, dengan menggunakan GoPay, Ovo, Dana, Link Aja, Maybank, BCA, atau aplikasi-aplikasi lain yang dapat menerima kode QRIS.
Jika sebelumnya untuk menonton pertunjukan Ngesti Pandawa, kita harus membeli tiket melalui ticket box yang ada di depan gedung, saat ini tidak lagi. Masyarakat yang terhibur dapat menyalurkan donasi untuk seniman-seniman Wayang Orang Ngesti Pandawa melalui kotak donasi virtual, dengan menggunakan GoPay, Ovo, Dana, Link Aja, Maybank, BCA, atau aplikasi-aplikasi lain yang dapat menerima kode QRIS.
Masyarakat dapat mengunjungi website donasi Ngesti Pandawa di alamat bit.ly/ngesti atau unika.ac.id/ngesti. Berapapun dukungan masyarakat melalui donasi tersebut, tentunya akan sangat membantu kiprah para seniman Wayang Orang Ngesti Pandawa. Dengan begitu, produksi pertunjukan Wayang Orang secara rutin akan dapat dihasilkan meskipun di tengah-tengah kondisi sulit seperti saat ini.
Dalam diskusi terbatas dengan pengelola dan seniman Wayang Orang Ngesti Pandawa, penulis mendapatkan kesimpulan bahwa dengan bisa beraktivitas meskipun dalam bentuk digital dan tidak mungkin bertatap muka pada saat pementasan, merupakan peluang dan harapan untuk tetap bertahan dan mungkin sebagai jalan agar tetap bisa menggantungkan hidupnya di dalam dunia yang dicintainya.
Walikota Semarang Hendrar Prihadi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengapresiasi dan mendukung aktivitas ini sebagai bentuk kemandirian hidup para seniman di masa sulit, dengan menggunakan teknologi yang ada dan menghidupkan kembali budaya masyarakat dalam gotong-royong saling bantu-membantu dalam bentuk crowdfunding atau penggalangan dana masyarakat dengan bentuk digital.
Semangat untuk melihat kehidupan baru dan tidak berkeluh kesah dalam menjalani cara baru dapat menjadi pembangkit imun yang kuat bagi para seniman dalam menghadapi pandemi ini. Kepedulian sosial dari berbagai lapisan masyarakat selama wabah ini juga membuktikan bahwa Indonesia masih punya harapan untuk saling bahu-membahu menghadapi musuh bersama, yaitu pandemi Covid-19. Mari kita bantu!
Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya, Rektor dan Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata
Tautan:
► Tribun Jateng, 11 Mei 2020 hal. 1, 7
0 komentar:
Post a Comment