19 December 2021

Ramai-Ramai Metaverse

Suara Merdeka, 18 Desember 2021


Pada saat pandemi, kita diperlihatkan berbagai percepatan adopsi teknologi dan pengembangan teknologi baru untuk manusia bekerja dan hidup di kondisi yang berbeda. Meskipun masih menginginkan untuk kembali ke masa normal sebelumnya, akhirnya banyak pihak menyadari bahwa masa normal yang saat ini sudah tidak bisa sama lagi seperti sebelumnya. Bahkan berbagai hal baru kemudian bermunculan dan memungkinkan untuk mengubah masa depan manusia, salah satunya adalah metaverse atau dunia meta yang disebut oleh Mark Zuckerberg pada saat penggantian nama perusahaannya menjadi meta.    

Setelah CEO Facebook Mark Zuckerberg menyebutkan rencana pengembangan metaverse, sontak istilah tersebut menjadi sangat populer dan semua orang berusaha menebak-nebak bentuk metaverse dalam versinya sendiri-sendiri, seperti analogi ketika penonton film-film Marvel Cinematic Universe (MCU) yang menebak-nebak multiverse Spiderman dalam sekuel No Way Home. Ada tebakan yang sesuai dengan cerita Mark namun ada pula yang meleset jauh, misalnya dalam salah satu pesan WhatsApp yang mencontohkan cloud technology atau teknologi awan sebagai contoh metaverse.

Namun beberapa versi metaverse sesuai dengan deskripsi Mark, seperti permainan daring banyak pemain (multi-player game), uang virtual yang ada di dalam permainan-permainan virtual, aset kripto yang saat ini menghindari disebut sebagai mata uang kripto, atau bahkan bentuk wisuda yang secara fisik hadir secara virtual di Unika Soegijapranata menjadi fenomena yang sudah ada saat ini dan banyak orang yang telah merasakannya. Pendiri Microsoft Bill Gates bahkan meramalkan banyak orang yang berkantor di metaverse tahun depan, meskipun Mark memprediksi bahwa dunia meta akan benar-benar terwujud dalam sepuluh tahun ke depan.

Pada bulan November 2021, pemerintah kota Seoul, Korea Selatan juga mendeklarasikan rencana penerapan metaverse pada tahun 2022 dengan nama “Metaverse Seoul” dan diharapkan selesai tahun 2026. Secara prinsip, penerapan metaverse yang dimaksudkan adalah untuk mendukung pengembangan kota cerdas di sektor ekonomi, pendidikan, budaya, pariwisata, komunikasi, pembangunan perkotaan, administrasi dan infrastruktur. Masing-masing sektor akan melayani warga maupun tamu-tamu dari seluruh dunia yang datang ke metaverse Seoul. Proyek “Metaverse Soeul” ini juga menjadi bagian dari rencana “Visit Seoul 2030” dengan rencana biaya berkisar 3,9 miliar Won atau sekitar Rp. 4,6 miliar. 

Tampaknya kota Seoul tidak mau menunggu konsep ini terbentuk matang dan menggunakannya pada saat sudah mapan, namun memilih untuk bersama-sama mengembangkan ketika konsep ini sedang berkembang. Jika kita melihat mata uang kripto yang berkembang pesat dalam satu dekade terakhir ini dimana banyak negara dibuat terkejut-kejut karena wilayah kekuasaan finansialnya diterobos, langkah kota Seoul bisa merupakan antisipasi kejadian serupa di dalam kasus crypto currency. Penerapan metaverse secara global memungkinkan dampaknya bukan hanya wilayah finansialnya saja, tetapi juga pengelolaan layanan pendidikan, warga, aset, atau potensi bisnis lainnya.

Penggunaan perangkat virtual reality (VR) menjadi salah satu yang paling memungkinkan saat ini untuk mewujudkan konsep metaverse. Bahkan pengembangannya sampai dengan perangkat mixed reality (MR) yang menggabungkan teknologi augmented reality (AR) dengan VR juga terus berjalan. Dalam MR, pengguna tidak merasa seluruh penglihatannya harus ditutupi gadget atau dunia virtual saja, tetapi menyatu dengan kondisi nyata di sekitarnya. Sehingga aset virtual bisa dimungkinkan bergabung dalam dunia nyata, seperti halnya film komedi Free Guy yang baru saja dirilis di tahun ini.

Dalam hal kejahatan di dunia meta, seperti yang dibahas dalam beberapa podcast, dimungkinkan juga terjadi di awal-awal pengembangan, terutama pada saat pengguna baru mengenal dan belum tahu cara mengamankan aset di sana. Hal ini merupakan kejadian yang umum terjadi pada saat awal-awal penggunaan internet, email, media sosial, atau WhatsApp, dimana ada orang yang mencuri akun orang lain, menyamar menjadi orang lain, dan bertindak atas nama orang lain. Ketika semua menjadi terbiasa, memahami, waspada, dan tahu cara menyikapinya, maka kurva kejahatan kemudian akan melandai. Siklus yang umumnya terjadi dalam hal-hal baru.

Meskipun dunia meta atau metaverse sebetulnya bukan hal baru, namun akan menjadi berbeda dan berkembang dengan cepat jika melihat banyak pihak yang berusaha ikut mengembangkan. Tahun 2022 akan menjadi kelanjutan tahun penuh kejutan. (Prof. Dr. Ridwan Sanjaya, Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata)




 

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...