Pada saat pandemi, kita diperlihatkan berbagai percepatan
adopsi teknologi dan pengembangan teknologi baru untuk manusia bekerja dan
hidup di kondisi yang berbeda. Meskipun masih menginginkan untuk
kembali ke masa normal sebelumnya, akhirnya banyak pihak menyadari bahwa masa normal yang
saat ini sudah tidak bisa sama lagi seperti sebelumnya. Bahkan berbagai hal
baru kemudian bermunculan dan memungkinkan untuk mengubah masa depan manusia,
salah satunya adalah metaverse atau dunia meta yang disebut oleh Mark
Zuckerberg pada saat penggantian nama perusahaannya menjadi meta.
Setelah CEO Facebook Mark Zuckerberg menyebutkan rencana
pengembangan metaverse, sontak istilah tersebut menjadi sangat populer dan
semua orang berusaha menebak-nebak bentuk metaverse dalam versinya
sendiri-sendiri, seperti analogi ketika penonton film-film Marvel Cinematic
Universe (MCU) yang menebak-nebak multiverse Spiderman dalam sekuel No Way
Home. Ada tebakan yang sesuai dengan cerita Mark namun ada pula yang meleset
jauh, misalnya dalam salah satu pesan WhatsApp yang mencontohkan cloud
technology atau teknologi awan sebagai contoh metaverse.
Namun beberapa versi metaverse sesuai dengan deskripsi
Mark, seperti permainan daring banyak pemain (multi-player game), uang virtual
yang ada di dalam permainan-permainan virtual, aset kripto yang saat ini
menghindari disebut sebagai mata uang kripto, atau bahkan bentuk wisuda yang
secara fisik hadir secara virtual di Unika Soegijapranata menjadi fenomena yang
sudah ada saat ini dan banyak orang yang telah merasakannya. Pendiri Microsoft
Bill Gates bahkan meramalkan banyak orang yang berkantor di metaverse tahun
depan, meskipun Mark memprediksi bahwa dunia meta akan benar-benar terwujud dalam
sepuluh tahun ke depan.
Pada bulan November 2021, pemerintah kota Seoul, Korea Selatan juga mendeklarasikan
rencana penerapan metaverse pada tahun 2022 dengan nama “Metaverse Seoul” dan
diharapkan selesai tahun 2026. Secara prinsip, penerapan metaverse yang
dimaksudkan adalah untuk mendukung pengembangan kota cerdas di sektor ekonomi,
pendidikan, budaya, pariwisata, komunikasi, pembangunan perkotaan, administrasi
dan infrastruktur. Masing-masing sektor akan melayani warga maupun tamu-tamu
dari seluruh dunia yang datang ke metaverse Seoul. Proyek “Metaverse Soeul” ini juga
menjadi bagian dari rencana “Visit Seoul 2030” dengan rencana biaya berkisar
3,9 miliar Won atau sekitar Rp. 4,6 miliar.
Tampaknya kota Seoul tidak mau menunggu konsep ini terbentuk
matang dan menggunakannya pada saat sudah mapan, namun memilih untuk
bersama-sama mengembangkan ketika konsep ini sedang berkembang. Jika kita melihat
mata uang kripto yang berkembang pesat dalam satu dekade terakhir ini dimana
banyak negara dibuat terkejut-kejut karena wilayah kekuasaan finansialnya
diterobos, langkah kota Seoul bisa merupakan antisipasi kejadian serupa di
dalam kasus crypto currency. Penerapan
metaverse secara global memungkinkan dampaknya bukan hanya wilayah finansialnya saja, tetapi juga
pengelolaan layanan pendidikan, warga, aset, atau potensi bisnis lainnya.
Penggunaan perangkat virtual reality
(VR) menjadi salah satu yang paling memungkinkan saat ini untuk mewujudkan
konsep metaverse. Bahkan pengembangannya sampai dengan perangkat mixed reality
(MR) yang menggabungkan teknologi augmented reality (AR) dengan VR juga terus
berjalan. Dalam MR, pengguna tidak merasa seluruh penglihatannya harus ditutupi
gadget atau dunia virtual saja, tetapi menyatu dengan kondisi nyata di
sekitarnya. Sehingga aset virtual bisa dimungkinkan bergabung dalam dunia
nyata, seperti halnya film komedi Free Guy yang baru saja dirilis di tahun ini.
Dalam hal kejahatan di dunia meta,
seperti yang dibahas dalam beberapa podcast, dimungkinkan juga terjadi di
awal-awal pengembangan, terutama pada saat pengguna baru mengenal dan belum
tahu cara mengamankan aset di sana. Hal ini merupakan kejadian yang umum
terjadi pada saat awal-awal penggunaan internet, email, media sosial, atau
WhatsApp, dimana ada orang yang mencuri akun orang lain, menyamar menjadi orang
lain, dan bertindak atas nama orang lain. Ketika semua menjadi terbiasa,
memahami, waspada, dan tahu cara menyikapinya, maka kurva kejahatan kemudian akan
melandai. Siklus yang umumnya terjadi dalam hal-hal baru.
Meskipun dunia meta atau metaverse
sebetulnya bukan hal baru, namun akan menjadi berbeda dan berkembang dengan
cepat jika melihat banyak pihak yang berusaha ikut mengembangkan. Tahun 2022
akan menjadi kelanjutan tahun penuh kejutan. (Prof. Dr. Ridwan Sanjaya, Guru
Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata)
0 komentar:
Post a Comment